Aku dapat banyak tugas. Padahal sudah kelas 3 SMA. Mau ujian nasional lho! Tapi kok masih saja dikasih tugas yang tidak penting. Kamin seharusnya konsentrasi belajar, bapak ibu guru kami yang mau diagung-agungkan!
Aku tidak bisa menuliskan perasaanku di Facebook atau Twitter, karena nanti kalau ketahuan bisa berabe. Makanya nulis di blog biar tidak ketahuan. Kan, jarang yang punya blog mereka. Lagi pula mereka tidak tahu Haruka Tomoka alias Kuro Neko itu siapa kan?
Kami dipaksa belajar dan mengumpulkan tugas agar nilai raport kami baik dan sekolah menjadi favorit. Kalau sekolah kami jadi favorit kan banyak yang berminat dan itu membuat pundi-pundi uang sekolah bertambah. Entah alokasi dana itu kemana?
Masuk jam 6 pagi pulang jam 3 sore. Kami benar-benar diperbudak untuk kepentingan mereka. Sekolah bukan lagi tempat yang nyaman untuk belajar. Sekolah sudah menjelma menjadi neraka batin bagi mereka yang ingin mendapatkan ilmu. Fisik dan Otak sudah tidak berjalan seimbang.
SD, tempat para anak orang biasa. Dengan otak dan wajah super biasa, menjadi bahan bullying guru-guru kami. bayangkan saja. Guru, panutan kami membully kami. Membedakan kami berdasarkan kelas dan strata sosial. Aku tidak berbohong! Selalu saja , kita sebut murid ini "Mawar", Mawar mendapat rangking tinggi karena orang tuanya kaya di sekolah. Wajahnya cantik. Guru-guru memujanya. Sebaliknya "Melati" anak orang kurang mampu dan biasa saja wajahnya. Tidak pernah sekalipun Melati diapresiasi. Malah kadang dihina dan dicaci didepan teman-temannya. Kalau sistem pendidikan di sekolah dasar masih terus seperti ini. Bukan pahlawan nasionalis yang dibentuk , melainkan premanisme kelas pasar yang terbentuk.
SMP, tempat mencari jati diri. Di sini, kasta tidak terlalu diperhatikan (Kecuali siswa yang membayar lebih untuk program kelas unggulan, (di pikir bibit unggulan?)). Prestasi dan potensi kami diasah. SMP jauh lebih baik daripada SD.
SMA. Saat ini aku sedang menjalaninya. Aku sedang berperang di sini. Pikiran tentang dunia luar sudah mulai terbuka di sini, walaupun sebagian masih ngompol di celana pikirannya. Kami sudah mulai berpikir tentang hal-hal di sekitar kami. KKN yang tidak lagi ditutupi dan menjadi rahasia umum. Di SMA, murid, guru, dan kepala sekolah sama-sama sudah bejat! Bejat semua moralnya. sudah rusak dan hancur.
Kepala sekolah kami dirundung isu KKN, namun belum ditindak lanjuti sampai sekarang. Guru kami terkadang juga membantu menutupi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan sekolah. Murid-murid yang kritis mulai beraksi, berbagai kritik di jejaring sosial membuat beberapa siswa dipanggil kepala sekolah untuk klarifikasi nama baik. Sungguh kepala sekolah ini semakin memperlihatkan kebejatannya. Nah, yang jauh lebih bejat. Generasi yang sedang digodog untuk kemajuan bangsa di masa mendatang, sudah rusak dari awal. Bejat moralnya, bejat kelakuannya, bejat pikiran dan imannya. Ulangan contekan? Sudah biasa, terkadang guru diam dan tak mau tahu. Mencuri soal ujian? Ah, kecil. Menyebar jawaban unas lewat sms? Wah kok baru tahu sih? dari mana saja? Hal-hal buruk dan bejat seperti itu dianggap biasa. Orang jujur terdesak dan tertimbu oleh keebejatan murid-murid rusak ini. Nah, orang bejat berteriak pada orang bejat, ini yang sedang terjadi. Kami sudah rusak dan bejat moralnya.
Kalau begini harus bagaimana?
Powered by Blogger.
2 comments:
Hancur bang. Bnyak sekarang begitu.didaerah aku jga ada.curhat aja dah.
haaadeeh
Post a Comment