Spider Love



Himuro itu salah satu cowok  keren di sekolah. Selalu di sekitarnya ada banyak orang yang mengaguminya. Entah hanya teman atau suka. Dan dia bersebelahan denganku. Hobinya tidur di kelas tapi selalu peringkat 5 tiap tahun. Aku saja yang belajar dan selalu memperhatikan guru, paling beruntung dapat peringkat 25.

Kami jarang berbicara. Hanya kalau ada keperluan saja. Yah meskipun keren dan terkenal Himuro itu punya hobi aneh. Memelihara reptil dan ular. Hiiiiiii!!!! Membayangkan binatang-binatang itu saja aku sudah merinding. Banyak orang tahu sisi anehnya yang satu ini. Tapi itu malah membuat mereka semakin mendekat padanya. Aku menolak untuk peduli.


''Harap tenang. Aku akan membagikan hasil test minggu lalu. Nilai tertinggi.. Lagi-lagi Himuro Koishi. Dan.. Ada yang menyamainya.. Shinoda Kana.'' eh? Aku? Dapat nilai yang sama dengan Himuro?

Tak kusangka keajaiban terjadi. Kalau bisa menyamai Himuro. Setidaknya angka 90 sudah di tangan! Saat Mitsuno sensei memberiku hasil testnya. Nilainya.... 85. Ahhhh? Himuro kenapa dapat segitu? Huhhh... sreekk. Sreekk..

Suara apa ini? Aku mencari-cari asalnya. Loker mejaku sepertinya merupakan asal suara aneh itu. Ruang gelap sempit itu hanya berisi kotak pensil dan buku cetak kimia. Tapi sejak kapan kotak pensilku ujungnya berbentuk bulat tidak teratur. Bergerak-gerak pula. Mataku sudah mulai terbiasa dengan gelap. Itu berwarna hitam putih. Badannya bulat. Kepalanya kecil punya banyak mata . Mulutnya bergerak. Kakinya panjang-panjang berjumlah 8. Tarantula Afrika. Entah kenapa ada di loker meja.

Tarantula Afrika di loker mejaku? Loker mejaku? Hewan mematikan itu hanya berjarak 10 cm dari wajahku. ''Kyaaaaaaaaaaaaaa!?!!!!!'' aku mendrong tubuhku sejauh mungkin dari maut itu.

''Shinoda-san? Ada apa?'' Mitsuno sensei menghampiriku. Semuanya menoleh padaku yang sudah tersungkur di lantai.

''Hewan itu sensei.. Itu.. Itu.. Mematikan.''

''Ha? Apa maksudmu Shinoda?'' wajahnya terlihat sangat cemas. Begitu pula seisi ruangan
''T-tarantula. A-afriikaaa!!!'' aku menunjuk loker mejaku.

''Ha? Kamu jangan bercanda, Shinoda-san!''

''Oh? Moku-chan? Kenapa kau ke loker mejanya Kana?'' Himuro sekarang memegang tarantula itu dengan tangan kosong.

''Hyaaaa!!!'' sensei berteriak takut. Ia langsung mundur beberapa langkah dari Himuro. ''Koishi-san! A-apa yang kau lakukan!? Binatang itu berbahaya!''

''Tidak sensei. Dia binatang penyayang. Namanya Muko-chan.'' Himuro sudah tidak waras.

Ada yang bergidik ngeri ada yang berdecak kagum. Tapi buatku berada 10 cm dari laba-laba paling mematikan di dunia itu.. Itu.. ''Ah, maaf ya Kana...'' Himuro mendekat bersama laba-labanya. Aku... Jangan! Pergiiiiii!!!

Bau alkohol dan obat-obatan menggoda hidungku. Saat membuka mata aku sadar berada di UKS. Tapi tidak ada siapa-siapa. Dasar. Gara-gara Himuro aku jadi pingsan ketakutan. 

Pulang sekolah aku biasa jalan kaki karena rumahku tidak begitu jauh dari sekolah. Karena dekat laut aku tidak keberatan sama sekali. Pulang sekolah matahari sudah 3/4 perjalanan. Langit masih biru tapi warna-warna senja sudah mulai muncul. Indah sekali.

''Kana! Wooooyyy!'' Himuro berlari ke arahku. Apa maunya sih? Belum puas ya membuatku ketakutan dengan tarantulanya?

''Apa?''

''Muko-chan ingin kenalan denganmu.'' dia tersenyum kegirangan. Orang ini gila. Seharusnya aku tidak sekelas saja dengan Himuro.
''P-pergi. Jangan bawa bintang itu..''

''Tenang. Aku sudah menaruhnya di toples.'' dia memamerkan benda itu dengan bangga. ''Tapi gara-gara Kana, Muko-chan tidak boleh lagi kubawa ke sekolah.''

''Aku?'' kenapa jadi aku yang disalahkan?

''Hm.. Karena Kana takut dan berteriak. Coba kalau Kana diam dan bilang kalau Muko-chan lepas padaku.''

Orang ini benar-benar tidak masuk akal! Aku memilih pergi meninggalkannya tanpa banyak bicara. Tidak ada gunanya bicara dengan orang aneh.  ''Kana! Woooyy. Jangan pergi.''


Semenjak hari itu Himuro selalu menggangguku dengan celotehan tentang tarantula dan sejenisnya. Dia membawa buku tarantula. Tapi aku dengan tegar mengabaikannya. Himuro! Aku benci kau!

''Berhenti menggangguku dengan cerita bodohmu! Jangan memaksaku mendengar cerita tarantulamu! Kau tahu, Himuro. Tarantula dan reptil yang kamu ceritakan itu harusnya hidup bebas di alamnya. Bukan berada di rumahmu ataupun toples!''

''Kana..'' aku sepertinya berhasil. Himuro menunduk. Ia kembali ke bangkunya tanpa banyak bicara.

Hari-hariku kembali tenang. Himuro juga sudah jarang bicara atau menyapaku lagi. Ah.. Tenangnya. Jam makan siang saat yang paling kunanti.

''Apa Himuro dan Kana putus? Cepat sekali padahal baru sebulan jadian.''
 hah? Mereka bicara apa sih?

''Sejak kejadian tarantula? Waktu itu kan Himuro langsung meletakkan tarantulanya di toples tanpa menutup rapat dan langsung menggendong Kana ke UKS. Dia ke kelas hanya untuk menutup toples tarantula. Kudengar ia kembali ke UKS dan menunggui Kana. Sejak itu mereka jadi dekat kan?''

''Hm.. Tapi seminggu ini sepertinya ada masalah.'' klingg.. Sumpitku jatuh. Mereka menatapku.

''Eh? Kana..'' mereka berlima kemudian kabur sendiri-sendiri.

Besoknya Himuro di jam ke 5 menghilang. Entah kemana. Perasaanku kurang enak. Aku ijin ke toilet. Tapi pada akhirnya aku berputar ke seluruh sekolah mencari Himuro. Mungkin dia bolos. Aku keluar dari pintu rahasia keluar dari halaman sekolah. Himuro pasti masih di sekitar sini. ''Himuro! Kau dimana??? Himuro!!!!''

Di jalan lengang itu aku melihat benda kecil bergerak ke tengah jalan. Aku mendekat. Itu kan.. Muko-chan? Tarantulanya Himuro? Kenapa berkeliaran di sini? Jarakku masih jauh dari tarantula itu. Aku di jalan atas dan Muko-chan di jalan bawah. Mobil itu melaju dengan kecepatan lumayan tinggi. Kalau Muko-chan tetap di situ. Dia pasti mati. Jika Muko-chan mati.. Himuro pasti sangat sedih.

Aku tidak mau membuat Himuro bersedih lagi! Aku tidak mau menyakiti hatinya lagi. Agak curam memang, tapi aku melompatinya tanpa terluka dan langsung duduk melindungi Muko-chan. Tinnnnnnnnnnnn!!!!

Rasanya ditabrak mobil itu apa empuk dan hangatnya. Seperti dipeluk saja. ''Tch.. aduh.. Duh.''

''Ehhmm..''

''Kau ini bodoh atau idiot sih??????!!!!'' suara Himuro menggelegar sampai telingaku sakit. Ternyata aku tidak jadi ditabrak. Himuro sedang memelukku di pinggir jalan.

''Muko-chanmu! Dia dalam bahaya!'' aku mencari jasad tarantula itu. Hatiku agak sakit mengingat reaksi Himuro kalau tahu Muko-chan tewas.

''Bodoh! Lihat tuh.'' Himuro menunjuk tengah jalan. Muko-chan masih sehat dan mulai berjalan menuju Himuro. Dia menaruh Muko-chan ke dalam toplesnya. Himuro bersandar di pohon sakura yang belum mekar.

''Syukurlah.''

Himuro membuka baju seragamnya yang kotor karena melindungiku. Musim panas sudah mulai datang. Meski masih 3 minggu lagi. Badannya tegap dan ... Aku mikir apa sih.

''Gadis bodoh. Kenapa kau melindungi Muko-chan dengan nyawamu?''

''Maafkan aku. Aku selama ini jahat pada Himuro. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Kupikir Muko-chan akan mati tertabrak. Aku tidak mau dia mati.. Karena nanti Himuro pasti sedih.'' aku menangis. Biar saja. Tidak ada yang lewat pula.

''K.. Kana.'' Himuro menarikku kedalam pelukannya. ''Muko-chan tidak akan mati semudah itu. Dia belum boleh mati. Lagi pula kalau terjadi apa-apa padamu. Aku.. Akan lebih sedih lagi.'' ia mengelus rambutku. Berada sedekat ini dengan Himuro.

''Maaf. Aku baru tahu kamu yang menolongku waktu aku pingsan. Aku sama sekali tidak tahu terima kasih dan jahat.''

''Hm.. Aku juga minta maaf karena Memaksamu menyukai Muko-chan. Habisnya aku tidak bisa membiarkan gadis yang kucintai ketakutan dengan temanku.'' Himuro menjauhkanku. Ia mendekatkan wajahnya. ciuman pertama itu, di bawah pohon sakura yang tidak mekar dan masih hijau. Di awal musim panas.

''Aku sangat suka Himuro.''

''Ehm. Aku juga sangat menyukaimu. Dari dulu sampai sekarang hingga waktu berakhir. Aku menyukaimu, Kana.'''


Angin laut berhembus. Suara ombak tak pernah berhenti  bersahutan. Di musim panas ini aku Shinoda Kana adalah orang paling bahagia karena Koishi Himuro bersamaku. Ditambah dengan teman kecil kami, Muko-chan.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.