Seharusnya aku tahu resiko pacaran dengan
orang yang usianya jauh diatasku. 7 tahun bisa dikatakan cukup jauh. Dan dia
itu keren dan tampan sekali. Semua wanita hampir selalu jatuh cinta pada
Kiyoshi. Tapi entah kenapa, dia bisa jatuh cinta padaku. Tapi aku dan Kiyoshi Kaito sedang menjalaninya. Aku baru
tujuh belas tahun 3 bulan lalu dan Kiyoshi 24 tahun bulan lalu.
Dia dokter spesialis tulang. Aku bertemu
dengannya bukan karena aku masuk rumah sakit kemudian bertemu dengan Kiyoshi
dan jatuh cinta. Pertmuan kami bukan seperti itu.
Ini semua terjadi pada awalnya karena acara
meet and greet dengan pengisi suara anime yang biasa aku lihat. Waktu itu aku
kesulitan antri karena tubuhku pendek dan kecil. Mudah sekali terbawa arus.
Kiyoshi menolongku agar tidak dicurangi orang dengan mendorong tubuhku ke
belakang. Sampai aku mendapat tanda tangan dan sedikit berbincang, Kiyoshi
tetap menjagaku.
Akhirnya aku dan Kiyoshi jadi sering
bertemu. Kami bertukar email dan no HP. 7 bulan kemudian aku dan Kiyoshi
pacaran. Tapi karena pekerjaan. Kami bertemunya tidak pasti. Karena itu
sepulang sekolah aku selalu ke rumah sakit.
''Wah.. Nao-chan tidak pernah absen ya.''
suster yang bertugas di meja resepsionis menggodaku.
''Hehe. Kiyoshi lama sekali. Tumben. Apa
ada operasi?''
''Entahlah. Seingatku jadwal operasi hari
ini hanya jam 12 malam nanti. Itupun bukan tugasnya Kaito-kun.''
''Oh.'' mungkin dia masih menangani pasien
yang lain. Aku bermain dengan ponselku sambil membunuh waktu. Tiba-tiba ada
email masuk. Dari Yuki-kun. Teman sekelasku.
'Hei, Nao. Kencan yuk?'
Apa dia sudah nggak waras ya? Bukannya
seisi kelas sudah tahu kalau aku sudah punya pacar? Aku mengabaikan pesan Yuki. Dari jauh aku
mengenali Kiyoshi yang sedang mendorong kursi roda di taman rumah sakit. Ada
cewek di situ. Umurnya mungkin sama sepertiku. Walaupun kakinya diperban, dia
tetap kelihatan ceria dan senang. Rencanaku menyapa Kiyoshi gagal. Cewek itu
menciumnya.. Maksudnya mereka sedang berciiuman di taman.
Di sini... Di hatiku rasa tersengat sudah
sangat menyesakkan. Aku tidak peduli orang-orang melihatku menangis. Keluar
dari rumah sakit aku langsung membalas email Yuki.
'Ya. Ayo kencan.'
'Wah. Senangnya ^_^. Kalau begitu hari
minggu di taman hiburan.'
Besoknya aku tidak ke rumah sakit sepulang
sekolah. Pulang ke rumah dan belajar mungkin bisa mengalihkan perhatianku pada
Kiyoshi saat ini.
Ada email masuk lagi. Pasti Yuki,
akhir-akhir ini cowok itu sering mengirim email tidak penting.
'Kenapa hari ini tidak datang?' dari
Kiyoshi ternyata. Aku tidak tahu harus membalas apa. Lebih tepatnya takut apa
yang harus kukatakan. Setengah jam menatap layar ponsel dan aku akhirnya tidak
membalas email Kiyoshi.
''Nao!''
''Apa, bu?''
''Ada Kiyoshi tuh.'' Ngapain dia kesini?
Bukankah sekarang jamnya kerja?
Aku masuk ke ruang tamu. Kiyoshi sedang
memandangi foto keluargaku satu-satunya yang tergantung di dinding. ''Kiyoshi..
Kenapa di sini?''
''Oh.. Kenapa di sini?''
''Iya. Kan kamu lagi kerja seharusnya.''
''Hm.. Aku meminta ijin 2 jam untuk menemuimu.''
''Buat apa?''
''Mengganti yang kemarin.'' kemarin? Yang
kamu ciuman sama cewek itu?! Kamu menggantinya cuma dengan datang?
''Oh. Ki-'' Kiyoshi memelukku.
''Rasanya rindu sekali lho.'' ia mengelus
rambutku seperti biasa. Tapi reaksiku tidak pernah biasa.
''Kiyoshi..''
''hm?''
''Kita.. Putus saja.'' ia melepaskanku dan
memandangiku bingung. Dia belum tahu, kalau aku sudah melihatnya berciuman sama
cewek lain. Sebelum aku terlalu menyukainya.
''Kenapa?''
''Pokoknya aku mau putus!''
''Baiklah kalau itu keinginan Nao.''
Aku merasa seperti zombie. Bergerak tapi
tidak bernyawa. Aku sudah putus dengan Kiyoshi. Apa cuma segini saja? Setiap
malam menangis belum cukup meredakan sakitnya.
Minggu ini aku kencan dengan Yuki. Lumayan
lah dari dapa sendirian di rumah tidak jelas mau melakukan apa. Aku harus
menikmati kencan ini. Dengan begitu aku bisa sedikit melupkan tentang Kiyoshi.
''Eh Nao-chan. Kemana dulu nih?'' Yuki
teesenyum lebar.
''Itu.'' aku menunjuk wahana roller coster.
Kelihatannya wahana paling mengerikan di sini.
''Haaaa? Kau yakin?''
''Iya.''
''Oke. Ayo!'' aku tidak seperti gadis lain
yang takut ketinggian. Wahana-wahana seperti ini tidak ada apa-apanya bagiku.
Roller coster itu memutar-mutar kami dengan
biasa saja menurutku. Ini lumayan seru. Walaupun kadang aku membayangkan bisa
lebih seru dari ini. Wajah Yuki terlihat pucat.
''Ya ampun, kau ini cewek model apa sih?''
''Hehehe.''
''Ah, masuk rumah hantu saja yuk!''
Rumah hantu. Barusan Yuki bilang rumah
hantu? Apa????? Tidak boleh. Aku nggak boleh ke sana. Aku benar-benar tidak
menyukai Hantu.
''Eh.. Yuuuki. Sebaiknya naik yang lain
saja.''
''Ah, gimana sih, Nao-chan. Rumah hantu kan
favorit di sini.''
''Ahaha. K-kalau begitu..''
''Yess..'' Yuki menarik tanganku ke barisan
di depan rumah hantu. Bagaimana ini..
Di dalam gelap sekali. Aku takut gelap.
Biasanya jika gelap Kiyoshi pasti datang. Ah? Kenapa aku malah memikirkan
Kiyoshi sekarang?
''Ning.. Ning..''
''Y-yuki. Suara apa itu?''
''Eh? Kau takut ya , Nao-chan?''
''Hhh? Nggak kok. Sama sekali..'' wajah
rusak itu ''Hyaaaaa!!!!''
Sampai di luar Yuki tertawa keras sekali.
Dia mengejekku habis-habisan. Sampai makan pun dia masih mengungkit kejadian di
rumah hantu tadi. Mungkin kalau Kiyoshi lihat, dia pasti akan menggodaku.
''Nao-chan. Aku suka kamu. Jadilah
pacarku.'' apa yang Yuki bilang? Dia menyatakan suka dan meminta pacaran. Aku
harus bagaimana?
''Yuki-kun. Aku... Hiks.. Maafkan aku.
Hiks..'' aku menangis di hadapan Yuki. Aku tidak bisa mencintai orang lain selain
Kiyoshi.
''Ah.. Ternyata masih belum.. Kamu masih
memikirkan Kiyoshi-san kan?''
''Maafkan aku. Kamu pasti sakit hati.
Seharusnya daru awal aku tidak menerima ajakanmu. Hikss.. Aku.. Minta maaf!''
''Haah.. Mau gimana lagi. Aku gagal ya?
Gimana sebagai ganti minta maaf. Naik bianglala yuk?''
Sudah sore. Yuki mengajakku naik bianglala
berbentuk sangkar burung. Langit yang di sinari matahari senja memang
pemandangan yang pas saat naik bianglala. Ketika giliran kami akan masuk.
''Berhenti!!!'' aku dan Yuki menoleh ke
kanan. Kiyoshi berdiri di luar pagar pembatas masih menggunakan jas dokter.
Nafasnya terengah-engah dan penuh keringat.
''Kiyoshi..''
''Wah.. Sensei kenapa datang mengganggu
kencanku saja.''
''Bicara apa kau Kirisaki?'' e? Kenapa Yuki
dan Kiyoshi bisa saling kenal? Dan kenapa Yuki memanggil Kiyoshi 'sensei'?
''Haha. Yah karena sayang kalau Nao tidak
naik. Aku digantikan Kiyoshi Sensei saja ya?''
Ternyata Kiyoshi waktu masih SMA adalah
guru privat Yuki dan saudara perempuannya. Pantas saja. Canggung sekali berada
dalam bianglala bersama Kiyoshi. Aku bingung mau bicara apa.
''Saya itu korban tabrak lari. Kakinya
patah hingga harus terapi di rumah sakit selama 3 bulan penuh. Sebagai dokter
spesialis tulang, aku yang bertanggung jawab atas Saya.''
Aku masih diam memandangi langit senja dan
matahari yang mulai tenggelam. ''Dia adik angkat Yuki. Bukan adik sebenarnya,
karena kedua orang tua Yuki tidak mengadopsi Saya. Mereka hanya menampung Saya
tinggal dan dianggap anak sendiri. Begitupun Yuki sangat menyayangi Saya lebih
dari apapun.''
''Lalu kenapa kalian berciuman? Bukankah.. Bukankah kau sudah punya aku?''
air mataku menetes lagi. Entah kenapa meskipun menangis berhari-hari air mataku
tidak pernah kering.
''Itu.. Maafkan aku. Saat itu..''
Aku
sedang menemani Saya berjalan-jalan di taman. Biasanya Yuki sudah datang, tapi
entah kenapa dia tidak datang. Jadi aku menemaninya.
''Sensei,
kemarilah. Mendekat sini, aku mau tanya. Tapi jangan kaget ya.'' aku tersenyum
dan menunduk pada Saya. Tangannya yang sehat meraih kerahku. Ia menciumku.
''Saya.
Itu tidak boleh.'' aku menjauh dan membersihkan bibirnya.
''Hm..
Kenapa sensei? Kenapa aku tidak berdebar-debar saat berciuman denganmu? Tapi..
Saat Onii-chan melakukannya. Aku.. Aku..''
''Apakah
Saya mencintai Yuki?'' aku belum pernah melihat Saya menangis seperti itu.
''Iya.
Aku sangat menyukainya...''
Jadi begitu. ''Ini bukan salah Kiyoshi.
Salahku tidak mau menjelaskan perasaanku yang sebenarnya. Aku ini bodoh sekali
sih.''
''Sst..'' bibirnya Kiyoshi melingkupi
bibirku lembut. Ia tidak melepaskan ciumannya saat memelukku.
''Nah. Aku sangat merindukanmu.'' ia
tersenyum. Kiyoshi menghirup wangi rambutku. Sudah lama dia tidak melakukan
itu. ''Mulai sekarang. Katakan semua yang kau rasakan. Karena aku juga akan
melakukan hal yang sama.''
''Kiyoshi! Aku sayang padamu!! Benar-benar
menyayangi Kiyoshi saja.'' aku menangis sekeras mungkin dalam dekapannya.
Rasanya sangat-sangat lega.
''Kalau begitu. Nao-sama. Maukah anda
menjadi kekasihku yang baik?''
''Iya. Dengan senang hati!''
Dan kisah kami tidak berakhir di bianglala
itu. Kisah kami akan terus hidup. Selamanya hidup dalam hati dan jiwa kami.
0 comments:
Post a Comment