Riko's Fashion Love



Lulus SMA seharusnya melanjutkan ke SMA. Tapi karena tingkat kecerdasan yang tidak memadai aku jadi tidak lolos tes masuknya. Karena sudah tidak ada harapan lagi. Akhirnya aku bekerja di sebuah butik.
Tapi aku sangat menyukai pekerjaanku. Karena bisa berada diantara baju-baju yang cantik. Selain itu kadang pemiliknya mengajariku beberapa teknik menjahit dan mendesain baju.
Namaku Riko Akashi. Hari ini kami tutup lebih cepat karena manajerku, Ameko-san akan pindah ke pusat butik kami di Akihabara. Dan kami mengadakan pesta perpisahan.
Banyak yang usianya diatas 25 di sini. Jadi mereka sudah biasa minum bir. Kalau aku sih ampun, kesadaranku langsung hilang walau hanya minum sedikit.
Sebagai gantinya aku hanya minum jus jeruk. Kami mengucapkan salam perpisahan satu per satu.


''Ah, Ameko-san. Aku pasti merindukanmu. Terima kasih dengan semua yang kau ajarkan padaku.'' aku membungkuk hormat padanya.

''Hahaha. Sama-sama. Kalian jaga diri ya. Kudengar manajer yang baru laki-laki ganas lho.''

Kami semua tertawa. Hari itu aku pertama kalinya ikut acara orang dewasa seperti ini dan pulang tengah malam. Ameko-san berbaik hati mengantarku yang masih 19 tahun pulang ke rumah dengan mobilnya.

Aku datang paling pagi. Tapi ternyata aku salah. Ada yang datang lebih pagi dariku. Tapi siapa? ''Selamat pagi!''

''Oh, selamat pagi.'' aku terlonjak karena kaget. Siapa laki-laki keren dan tinggi ini?

''Anda siapa?''

''Aku manajer baru di sini. Namaku Akira Honda.''

''Ah, mohon bantuannya, pak!'' aku membungkuk.

''Panggil namaku, bodoh.'' eh? Bodoh katanya?

''H-hai. Akira-san.''

''Kau manis juga ya?''

''Ahaha. Saya manis.'' he? Orang ini bilang apa barusan? Tiba-tiba Akira-san menarikku dan menciumku dengan paksa. ''Ng..'' aku.. Harus.. Apa?

Ia melepaskanku. Akira-san tersenyum mengejek. Itu barusan kan.. Ciuman pertamaku. ''Kyaaa!!! Kembalikan.. Itu ciuman pertamaku! Ayo kembalikan.'' aku memukuli Akira-san.

''Tidak mau. Weeee!'' ia menjulurkan lidah seperti anak kecil. Apaaan sih orang ini? Aku mengusap bibirku berkali-kali. Tapi tetap saja..

Aku mau menangis saat suara Ayase-san menggetarkan toko. Jadi kutahan dan tidak menangis. ''Selamat pagi! Oh, anda sudah datang. Aku Ayase Kurosawa. Mohon bimbingannya!''

''Oh, halo Ayase. Aku Akira Honda. Panggil Akira ya.''

Entah kenapa Akira-san bisa ramah kepada karyawan lain kecuali aku. Sumpah aku merasa tersiksa di sini. Tidak lagi seperti dulu. Aku mulai muak dengan semua ini.

''Riko! Kau ini bagaimana sih? Kenapa pakaian dari distributor x belum kau tata di rak atas?''

''Iya, Akira-san. Aku lakukan sekarang.'' rasanya pegal sekali. Padahal dulu Sanji-san yang melakukan itu, tapi manajer kejam itu menyuruhku melakukan itu. Aarrrghhh...

Jam makan siang mungkin saat yang melegakan. Aku bisa santai menikmati bekalku dan mendesain beberapa pakaian sambil makan di atap kantor yang ada tamannya. ''Gambarmu bagus.''

''Terima ka,...'' mood langsung turun ketika Akira-san yang mengatakan itu. ''..sih.''

''Sungguh. Kau bisa menjahit?''

''Sedikit. Ameko-san yang mengajariku.''

''oh. Pulang kerja datanglah ke kantorku sebentar.''

''Ada apa? Anda mau memberiku lembur lagi?''

''Tenang saja. Aku akan mengajarimu.''

''Be-benarkah? Akira-san tidak bohong kan?''

''Hm..'' ia lalu pergi tanpa berkata apapun. Aku melanjutkan makanku. Lalu bekerja lagi. Sesuai janji, aku menemui Akira-san di ruangannya.

''Oh, iya. Belajar apa dulu ya? Ameko mengajarimu apa saja?'' aku menjelaskan beberapa hal yang diajarkan Ameko-san dulu. Dan menunjukkan desainku yang kata Ameko-san bagus. ''Hm.. Kalau begitu..''

Akira-san mengajariku menyempurnakan dasar-dasar yang diajarkan Ameko. Belajar dengannya lumayan menyenangkan. Aku menangkapnya dengan cepat.

''Terima kasih banyak, Akira-san!''

''Hm. Sudah waktunya makan malam ya. Makan di luar yuk?''

''Ba-baik.''

Kami makan steak di restoran dekat butik. Steak di sana terkenal enak soalnya. Akira-san juga sampai nambah 2 kali karena enak.  Seperti biasa aku memesan yang non sake. Tapi gelasnya mirip dan tidak bening dari kaca tapi dari kerami. Aku jadi bingung. Mungkin yang ini punyaku. Tapi jus jeruk kok begini??

Aduh kepalaku pusing sekali. Gawat! Jangan-jangan aku malah minum sake nya Akira-san lagi. ''A-Akira-san.. Sepertinya aku..'' aduh kepalaku berat. Dan semuanya mendadak jadi gelap. Aku bermimpi Akira-san jadi pria keren, tinggi, dan lembut. Tidak seperti di kehidupan nyata. Ia jahat sekali. Aku benci. Sungguh benci.


Ngantuk sekali rasanya. Terakhir kulihat ya wajah panik Akira-san. Kenapa ya dia panik? Hm.. Oh iya. Aku kan salah minum sake dan jadi mabuk. Hm.. Nyaman dan hangat sekali di sini.
''Kau sudah bangun?''

''Oh, Akira-san. Selamat pa..'' heeeeeee? Kenapa ada Akira-san di kamar? ''Apa yang kau lakukan di sini?''

''Ini kan kamarku.'' apa? Aku melihat ruangan yang berbeda dengan kamarku. Aduh, apa yang harus kujelaskan pada orang tuaku. Anak gadis mereka yang masih polos dan suci telah ternodai oleh manajer keren itu?

''M-maaf , Akira-san. Lalu apa keluargaku tidak mencariku?''

''Ah, mereka telepon. Dan aku bilang kau menginap di rumah manajer.''

''Mereka masih mengira manajerku itu Ameko-san.''

''Hm..'' aku baru sadar kalau Akira-san hanya menggunakan celana pendek saja. Badannya yang kekar menggoda siapa saja untuk memeluknya. Termasuk aku. ''Mandi dan cepatlah pulang. Ini hari minggu, jadi kau bisa lanjut tidur.''

''Oh, Hai.''

''Dan, Riko. Kau sebegitu bencinya ya padaku?''

''He? Ti-tidak kok Akira-san. Aku.. Aku hanya, eh.. Hanya..''

''Lalu kenapa waktu mabuk kau mengumpat terus padaku?''

''Eh itu kan....''

''Kalau begitu maaf ya.'' Akira-san mendekatiku. Ia meraih tubuhku ke dalam pelukannya. Entah sejak kapan kami sudah berciuman. Tiba-tiba susah sekali untuk lepas darinya.

''Akira-san..''

''Mandilah, aku akan mengantarmu pulang.'' ia hendak keluar dari kamar.

''Tunggu!''

''Apa lagi?''

''Apa maksudnya ciuman itu tadi?''

''Tidak ada.''

''Kenapa kau jahat sekali? A-aku..'' air mata ini sudah tidak dapat kubendung lagi. Aku menangis di dalam kamar cowok yang kusukai sekaligus manajerku.

''Hei.. Riko, jangan menangis.'' ia menghampiriku lagi. Akira-san berusaha memelukku. Tapi aku mendorongnya menjauh.

''Kenapa? Padahal aku sangat menyukai Akira-san!'' sedih dan malu bercampur jadi satu. Aku bergegas ke kamar mandi di kamarnya dan menangis. Setelah puas aku membersihkan diri ala kadarnya.

Sudah dua bulan sejak kejadian itu. Aku menghindari Akira-san. Kalau dia memanggilku aku selalu mengelak. Kecuali jika ada karyawan lain juga ada di situ. Rasanya bisa melihat Akira-san saja aku sudah bahagia. Tapi.. Rasa sukaku kalau dibiarkan dan tidak terbalaskan bisa jadi luka yang perih.

''Eh Riko-chan kenapa sih?''

''Apanya?'' Sanji-san tiba-tiba menyentuh pundakku saat makan siang. Akhir-akhir ini juga aku lebih sering makan siang bersama karyawan lain.

''Kau tidak semangat sepertinya.''

''Biasa saja kok.'' aku tersenyum. Terpaksa sih. Bagaimana bisa senyum dengan ikhlas kalau sedang patah hati.

Aku sedang menata baju di rak timur ketika seorang cewek cantik sekali datang ke toko. Semua yang ia kenakan adalah barang-barang bermerk mahal. Aku mengenalinya gara-gara sering diajak Ameko-san belanja di butik-butik kelas atas.

''Apa yang bisa kubantu, Nona?''

''Oh, aku mencari Akira. Dia manajer di sini.''

''Ah, sebentar.'' aku mengetuk ruangan Akira-san. Agak canggung juga mengingat dua bulan aku tidak bicara padanya. ''Akira-san. Ada yang mencarimu.''

''Masuklah, Riko.'' aku membuka pintu dan masuk. ''Siapa?''

''Aku tidak tahu. Tapi dia wanita cantik.''

''Suruh dia masuk.'' aku mengangguk pelan dan mengikuti perintahnya. Orang itu masuk ke ruangan Akira-san tanpa memperdulikanku.

''Kamu boleh pergi, Riko.''

''Hai.'' aku menutup pintunya. Kudengar ada desahan lega milik si wanita tadi. Apa dia kekasihnya Akira-san ya? Pantas saja dia todak bisa membalas perasaanku. Tapi dia dan aku berciuman. Apa itu termasuk NTR?

Saat wanita itu pergi. Aku tidak bisa menebak eksprresinya. Itu bukan ekspresi kau habis mencurahkan rindumu pada seseorang. Apa dia habis diputusin Akira-san ya? Tapi masih mending wanita itu. Akira-san masih menanggapinya. Sedangkan aku? Aku cuma perempuan bodoh yang mau saja dipermainkan Akira-san.

''Kenapa kau melamun?''

''Ti-tidak kok.''

''Jangan bohong.''

''Aku tidak.''

''Hm.. Dia mantanku. Mau kembali padaku.''

''Lalu?''

''Aku menolaknya.''

''Kenapa? Dia kan cantik kaya pula.''

''Aku mencintai gadis lain. Dan hatiku sudah penuh olehmu.''

''Iya.. Hatimu sudah.. Apa?!''

''Hatiku sudah penuh denganmu, Riko.'' ia mengulangnya dengan ekspresi datar. Seolah itu hal biasa saja.

''Tapi.. Tapi bukannya Akira-san tidak menyukaiku?''

''Siapa bilang. Aku sudah menyukaimu sejak dulu. Makanya aku minta tukar tempat dengan Ameko.''

''Hiks.. Hiks..''

''Kenapa menangis lagi?'' ia membelai wajahku dengan tangan besarnya.

''A..ku. Tidak maksudku, Akira-san. Hikss.. Hiks.''

''Sst.. Sini.'' ia memelukku lembut dan erat. Aku merasa nyaman di pelukannya saat ini. Seolah aku ingin waktu berhenti saja. ''Aku menyukaimu, Riko. Maukah kamu menikah denganku?''

Heeeee??????? Manaajerku yang keren ini juga menyukaiku? Dan dia mengajakku menikah???? Aku terlalu bahagia.. :D

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.